Jumat, 11 Desember 2009

Hikmah dibalik musibah

Rekan saya banyak yang tertarik mendiskusikan musibah yg tertulis di dua tulisan sebelum ini. Salah satau teman saya akhirnya menyimpulkan bahwa kita -terutama suami- perlu lebih memperhatikan istri. Teman saya saat mendengar kabar ttg musibah itu sedang di Solo. Dia pun cepat-cepat pulang ke bandung. Dia berujar, “Pernah istri saya protes, kok saya lebih memperhatikan anak-anak dibanding ibunya…”. Teman sempat kaget mendengar hal itu, dia kira selama ini tidak ada masalah ttg hal itu. Bukankah wajar suami istri berfokus pada kepentingan anak-anak? Kali ini dia sadar bahwa ucapan istrinya itu punya makna yang mendalam.
Kita - eh saya - sering merasa bahwa kehidupan dengan pasangan kita normal-normal saja. Istri ngurus anak, suami kerja. Taken for granted. Kenyataannya kita sebagai pasangan perlu selalu ‘menyegarkan’ kembali romantisme kita sebagai pasangan. Yah, sesekali nonton bareng berdua saja. Yah, sering-sering ngobrol tentang minat masing-masing (bukan tentang anak melulu). Bukankah seringkali suami berkesempatan pergi ke luar kota, bahkan ke luar negeri, karena tugas, namun tidak bisa membawa istri? Enak sekali menjadi suami yang jalan-jalan terus sementara istri hanya sibuk dengan hal yang monoton..?
Saya tercenung dengan pendapat teman tersebut…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan stress adalah kemampuan memilih pikiran yang tepat. Anda akan menjadi lebih damai bila yang anda pikirkan adalah jalan keluar masalah.
Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui mengapa didirikan. Jangan pernah mengabaikan tuntunan kebaikan tanpa mengetahui keburukan yang kemudian anda dapat